Jigoro
Kano menambahkan gayanya sendiri pada banyak cabang jujutsu yang ia pelajari
pada masa itu (termasuk Tenjinshiyo dan Kito). Pada tahun 1882 ia mendirikan
sebuah dojo di Tokyo yang ia sebut Kodokan Judo. Dojo pertama ini didirikan di
kuil Eisho ji, dengan jumlah murid sembilan orang.
Tujuan
utama jujutsu adalah penguasaan teknik menyerang dan bertahan. Kano
mengadaptasi tujuan ini, tapi lebih mengutamakan sistem pengajaran dan
pembelajaran. Ia mengembangkan tiga target spesifik untuk judo: latihan fisik,
pengembangan mental / roh, dan kompetisi di pertandingan-pertandingan.
Perbedaan Judo dan
Jujutsu
Terjemahan
harafiah dari kata 'judo' adalah 'cara yang halus'. 'Cara' atau 'jalan' yang
dimaksud disini memiliki arti konotasi secara etika dan filosofis. Kano
mengungkapkan konsep filosofinya dengan dua frasa, "Seiryoku Zen'yo"
(penggunaan energi secara efisien) dan "Jita Kyoei" (keuntungan bagi
diri sendiri dan orang lain). Meskipun disebut halus, namun sebenarnya judo
merupakan kombinasi dari teknik-teknik keras dan lembut, maka dari itu judo
dapat pula diartikan sebagai 'cara yang lentur'.
Jujutsu,
pada sisi yang lain, memiliki terjemahan harafiah 'kemampuan yang halus'.
Latihan jujutsu dipusatkan pada cara-cara (Kata) tertentu dan formal, sedangkan
judo menekankan pada latihan bebas teknik tertentu dalam perkelahian bebas
(randori). Hal ini membuat pelatihan judo berjalan lebih dinamis.
Para
kontestan jujutsu menggunakan seragam yang relatif berat (hakama). Para
praktisi awal judo menggunakan semacam celana pendek, namun tidak lama kemudian
mereka lebih memilih menggunakan busana Barat yang dinilai lebih memiliki
keunggulan fungsi dan mengijinkan pergerakan yang lebih bebas. Seragam modern
judo (judogi) dikembangkan pada tahun 1907.
Teknik-teknik
jujutsu, selain teknik dasar seperti melempar dan menahan, menggunakan pukulan,
tendangan, bahkan menggunakan senjata pendek. Pada sisi lain, judo menghindari
tendangan dan pukulan-pukulan yang berbahaya, dan lebih dipusatkan pada teknik
membanting yang terorganisir dan teknik bertahan.
Penggunaan
akhiran -do dan –jutsu
Banyak
cabang beladiri Jepang yang mempunyai awalan yang sama namun memiliki dua
akhiran '-do' dan '-jutsu'. Bujutsu dan budo serta Kenjutsu dan kendo adalah
beberapa contohnya. Perbedaan dasar dari kedua akhiran ini adalah '-do' berarti
'jalan' dan '-jutsu' yang artinya 'jurus' atau 'ilmu'. Selain itu dalam bela
diri berakhiran '-do' biasanya lebih banyak peraturan yang tidak memungkinkan
seseorang untuk terluka akibat serangan yang fatal, namun tidak demikian halnya
dengan bela diri yang berakhiran dengan kata '-jutsu', misalnya di dalam kendo,
hanya bagian tangan, perut, kaki, dan bagian bawah dagu yang boleh diserang,
sedangkan kenjutsu membolehkan serangan ke semua bagian tubuh.
Secara
umum, budo ('bu-' artinya prajurit) adalah pengembangan dari bujutsu yang telah
disesuaikan dengan zaman sekarang (untuk olahraga, bukan berkelahi). Beberapa
contoh bujutsu yang dikembangkan menjadi budo:
Jujutsu
-> Judo
Kenjutsu
-> Kendo
Aiki-Jujutsu
-> Aikido
Kempo
jutsu -> Kempo Do
Karate
jutsu -> Karate Do
Battoujutsu/Iaijutsu
-> Battoudo/Iaido
Sumber : Wikipedia